Pada dasarnya belajar di perguruan tinggi tidak merupakan bagian sistem pendidikan wajib, sehingga kuliah di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan yang disengaja.
- Alasan, terdiri dari:
- Untuk kepuasan diri : mahasiswa yang mencari identitas pribadi dan pemenuhan diri.
- Untuk mengejar karir : mahasiswa yang memandang pendidikan di perguruan tinggi sebagai alat untuk mencapai tujuan profesi atau okupasi tertentu, dalam hal ini perguruan tinggi dianggap sebagai alat/cara untuk mencapai tujuan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri.
- Untuk menghindar : mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi sebagai jalan untuk menghindari sesuatu hal (wajib militer, keharusan bekerja), bukan karena suatu tujuan positif, disadari, dan sungguh-sungguh.
- Untuk kepuasan diri : mahasiswa yang mencari identitas pribadi dan pemenuhan diri.
- Budaya mahasiswa, penelitian yang dilakukan Clark & Trow menunjukkan ada empat budaya mahasiswa yang dominan, yaitu:
- Collegiate : berkenaan dengan mengejar kesenangan, seperti: bermain baseball, futball, cheer, dll.
- Vokasional : berkenaan dengan pengejaran keterampilan-keterampilan untuk dapat digunakan dalam bekerja.
- Akademik : berkenaan dengan pengejaran pengetahuan.
- Konformis : berkenaan dengan pengejaran identitas pribadi yang sesuai.
- Collegiate : berkenaan dengan mengejar kesenangan, seperti: bermain baseball, futball, cheer, dll.
- Distribusi umur, pada umumnya populasi yang memasuki perguruan tinggi berumur antara 18-21 tahun. Populasi perguruan tinggi mewakili berbagai taraf kematangan, pengalaman hidup, eksplorasi okupasional, pengalaman kerja, dan kelompok-kelompok variabel lainnya.
- Sex composition, pada abad ke-19 yang mendominasi pendidikan di perguruan tinggi adalah laki-laki, namun di abad ke-21 persentase wanita yang memasuki perguruan tinggi meningkat dengan pesat.
- Kelas sosio-ekonomis, ada suatu hubungan linier antara penghasilan keluarga dengan keberadaan anak di perguruan tinggi, jika penghasilan keluarga meningkat maka kesempatan anak-anak untuk memasuki pendidikan di perguruan tinggi juga meningkat. Hal ini menyebabkan sekolah kejuruan mulai ditinggalkan. Secara tradisional, perguruan tinggi dipandang sebagai alat untuk melakukan mobilitas ke atas.
- Hasil-hasil yang didapat di perguruan tinggi, kebanyakan orang memilih pendidikan di perguruan tinggi sebab mereka merasa akan mendapat pengembalian- pengembalian, baik berupa kepribadian, maupun keuangan.
- Institusional komitmen : pengakuan dari pihak perguruan tinggi terhadap bimbingan karir sebagai bagian penting dari keseluruhan kegiatan pendidikan di perguruan tinggi.
- Pertimbangan perencanaan : berhubungan dengan permasalahan kesegeraan bimbingan karir bagi para mahasiswa.
- Perencanaan program karir di perguruan tinggi :dalam perencanaan bimbingan karir sebaiknya sudah diadakan penyediaan layanan-layanan yang lengkap.
- Orientasi kesadaran.
- Assesment diri.
- Penjajakan karir.
- Mensetting tujuan karir.
- Pengalaman kerja.
- Konteks karir.
- Tersedianya dunia kerja.
- Penempatan.
- Alumni.
- Konseling kelompok.
- Konseling perorangan.
- Konseling teman sebaya.
- Penempatan.
Menurut Morrill dan Forrest ada empat tipe konseling karir, yaitu:
- Konseling yang membantu klien dengan suatu keputusan tertentu dengan memberikan informasi dan klarifikasi masalah.
- Konseling yang membantu klien dengan suatu keputusan tertentu dengan memusatkan perhatian pada keterampilan membuat keputusan.
- Konseling yang memandang karir sebagai proses, bukan sebagai tujuan.
- Konseling yang memusatkan perhatian pada usaha menanamkan kemampuan menggunakan karakteristik personal klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan klien sendiri.