Proses Pemecahkan Masalah

Oleh, Irsyad Das, M.Pd., Kons.


Penerapan Tahap-tahap Pemecahan Masalah

Proses pemecahan masalah dapat berlangsung dalam empat tahapan. Di bawah ini dijelaskan penerapan tahapan pemecahan masalah terhadap suatu masalah.

  • Memahami dan menginterpretasikan masalah. Henri, seorang siswa kelas 1 SMA, bingung menentukan pilihan jurusan, apakah jurusan IPA, IPS, atau Bahasa. Henri ingin prestasi belajar tinggi dan meraih cita-citanya menjadi guru (belum ditentukan menjadi guru mata pelajaran apa). Masalah Henri adalah memilih jurusan yang tepat untuk meraih prestasi dan cita-citanya. Selanjutnya, Henri perlu menghimpun informasi tentang mata pelajaran dan arah studi pada ketiga jurusan tersebut. Kemudian menghimpun pula informasi tentang dirinya, seperti kemampuan, bakat, minat, pelajaran yang disukai dan kurang disukai. Dengan mengaitkan informasi-informasi tersebut, Henri akan menemukan kemungkinan pada jurusan mana ia mampu berprestasi lebih tinggi, dan pada jurusan mana ia akan payah, serta pada jurusan mana cita-citanya lebih mungkin terwujud. Dalam hal ini, Henri telah memahami dan mengintrepretasikan masalahnya dengan cara mempertanyakan: mengapa timbul masalah, apa masalahnya, di mana letak masalahnya.

 

  • Memunculkan berbagai opsi.  Selanjutnya Henri perlu memunculkan opsi-opsi  berdasarkan informasi yang telah dihimpun pada langkah pertama. Karena hanya ada tiga jurusan yang harus dipilih, maka yang tersedia juga tiga opsi. Opsi pertama dengan memilih jurusan IPA, ia akan keteter dalam Matematika karena kemampuannya dalam hitungan kurang memadai, namun ia sangat berminat pada Biologi. Opsi kedua memilih jurusan IPS, kemampuannya dalam ilmu sosial tinggi, namun ia kurang menyukai pelajaran Sejarah. Opsi ketiga memilih jurusan Bahasa, kemampuan bahasanya cukup tinggi, namun pilihan studi lanjutan jurusan ini sangat terbatas. Henri harus menentukan pilihan yang paling masuk akal.
  • Menentukan solusi dan melaksanakan suatu opsi. Pilihan terhadap jurusan IPA mensyaratkan Henri harus belajar ekstra keras dalam pelajaran Matematika. Ini tampaknya agak sulit. Pilihan pada jurusan IPS dengan catatan ia berusaha lebih menyukai pelajaran Sejarah. Berusaha menyukai mata pelajaran sejarah bagi Henri agaknya lebih mudah daripada belajar ekstra keras dalam Matematika.  Dengan demikian, prioritas terhadap IPS lebih tinggi daripada IPA. Sedangkan pilihan pada jurusan Bahasa tersangkut soal terbatasnya peluang mewujudkan cita-cita hanya sebagai guru mata pelajaran bahasa. Tampaknya, berdasarkan informasi yang tersedia, pilihan yang masuk akal berurut menurut prioritas satu IPS, dua Bahasa, dan tiga IPA. Dalam masalah ini, Henri menentukan pilihannya masuk jurusan IPS, karena dipandang paling masuk akal.
  • Memeriksa keberhasilan pemecahannya. Pemeriksaan ketepatan pilihan Henri terhadap jurusan IPS dapat dilakukan, misalnya, dengan melihat hasil belajar sepanjang satu semester pertama di jurusan IPS: apakah ia mampu lebih menyukai pelajaran Sejarah?, apakah hasil belajarnya seperti diharapkan?, apakah hasil belajarnya memungkinkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi bidang keguruan?

Inkubasi
Seringkali berbagai pemecahan menemukan jalan buntu, atau pilihan-pilihan yang dimunculkan dianggap tidak menghasilkan solusi. Pada situasi ini, seseorang “menarik diri” untuk sementara dari masalah itu dengan melakukan kegiatan lain. Namun sebenarnya, proses pemecahan masalah terus berlangsung dalam alam bawah sadar. Masa istirahat ini disebut masa inkubasi. Keadaan itu ibarat masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh dan berproses sampai timbulnya gejala-gelaja penyakit. Dalam masa inkubasi terjadi proses dan hasil yang baik, antara lain:

  • Otak beristirahat sejenak dari berpikir keras;
  • Membantu melupakan pendekatan dan cara pemecahan yang tidak relevan;
  • Membantu menemukan pendekatan baru yang lebih mudah.